Mungkin Kalau Gue Sama Dia, Gak Akan Kaya Gini
“Mungkin kalau gue sama dia, gak akan kaya gini.”
Kalimat itu jadi penutup percakapan Aneth malam itu. Terdengar sederhana, namun mengukir pilu yang teramat dalam, menyimpan luka kehilangan yang tak pernah benar-benar sembuh, bahkan setelah waktu merangkak perlahan memudar.
Dalam bab pertama ini, kita diajak menyelami hati Aneth—seorang perempuan yang mencoba menepis masa lalu, berpura-pura tegar, dan menyimpan rapi kenangan tentang Keenan. Tiga tahun sudah berlalu sejak Keenan pergi. Tapi rasa kehilangan itu, nyatanya tak pernah benar-benar pergi.
Aneth percaya bahwa tak ada orang yang bisa sepenuhnya memahami rasa sakit yang ia simpan. Namun perlahan, bab ini menunjukkan bahwa luka lama selalu punya cara untuk kembali ke permukaan.
Apakah mungkin kita benar-benar bisa melupakan seseorang yang pernah begitu melekat dalam hidup?
Pernah kehilangan seseorang yang kamu pikir akan selamanya di sisimu? Hiraeth bisa membantumu menemukan potongan-potongan dirimu yang hilang. Baca selengkapnya hanya di bacabuku.com
Semua Orang Bilang Melupakan itu Mudah, yang Sulit itu Merelakan : Kehilangan yang Tak Lekang, Bersemi dalam Ikatan Waktu
“Semua orang bilang melupakan itu mudah, yang sulit itu merelakan.”
Kalimat ini bukan sekadar ungkapan—bagi Aneth, ini adalah kenyataan yang menghantui hari-harinya. Di bab kedua ini, kita menyaksikan perjuangan batinnya untuk menerima kehilangan. Ia mencoba membuka hati, mencoba mencintai lagi, namun tak pernah benar-benar bisa menghapus bayangan Keenan dari pikirannya.
Aneth merasa seolah semua yang ia bangun selama tiga tahun terakhir tidak pernah cukup untuk menambal lubang yang ditinggalkan Keenan. Setiap tawa terasa hambar, setiap langkah terasa ragu. Di sinilah kita mulai memahami bahwa buku ini bukan hanya kisah cinta, tetapi kisah tentang kehilangan, ketidakpastian, dan pencarian akan pemulihan diri.
Apakah kamu sedang belajar merelakan seseorang yang pernah begitu berarti? Buku Hiraeth bisa menjadi cermin, teman, dan pelipur laramu. Temukan bab selanjutnya di bacabuku.com
“Dia Mulai Merindukan Masa Itu”
“Dia mulai merindukan masa itu.”
Kalimat sederhana, tapi menyimpan ribuan rasa yang tak terucap. Di bab ketiga ini, Aneth
kembali tenggelam dalam ingatan. Masa-masa bersama Keenan perlahan muncul kembali—bukan sebagai kenangan pahit, tapi sebagai
nostalgia yang manis sekaligus menyakitkan. Meski ia tahu Keenan sudah menemukan bahagianya sendiri, Aneth merasa bahwa apa yang pernah mereka miliki tak bisa digantikan oleh siapa pun atau apa pun.
Dalam diam, ia mencoba mencari kembali euforia itu—entah lewat orang baru, tempat baru, atau harapan yang tak pasti. Namun justru dari kehilangan itu, Aneth mulai memahami bahwa rasa sakit adalah bagian dari tumbuh. Bahwa merindukan bukan berarti lemah, tapi tanda bahwa hati pernah mencintai begitu dalam.
Jika kamu pernah merindukan sesuatu yang tak bisa kembali, Hiraeth akan menguatkanmu. Temukan bab selanjutnya hanya di bacabuku.com
Kesimpulan
Hiraeth bukan sekadar kisah tentang cinta yang hilang—ini adalah perjalanan jiwa.
Melalui tokoh Aneth, kita diajak menyelami perasaan kehilangan, kerinduan, dan proses bangkit dari luka yang tak terlihat.
Buku ini mengingatkan kita bahwa duka adalah bagian dari hidup, dan dari duka itu, kita bisa tumbuh. Hiraeth adalah teman yang tepat untukmu yang sedang mencari arti, mencoba berdamai dengan masa lalu, dan berharap pada masa depan yang lebih utuh.
Baca kisah lengkap Hiraeth hanya di bacabuku.com. Bagikan artikel ini kepada teman atau keluarga yang sedang menjalani proses kehilangan. Siapa tahu, mereka sedang membutuhkan cahaya kecil untuk tetap bertahan.